Senin, 10 Desember 2012

prasangka


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak dapat dipisahka dari interaksi social yaitu ; suatu hubungan timbale balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kellompok. Dalam hubungan tersebut tekadang terdapat kekurangpahaman antarasatu sama lain baik dari individu maupun kelompok. Sehingga muncul persepsi masing-masing yang ahirnya akan menimbulkan prasangka masing-masing.
Berbagai teori-teori tentang prasangka telah dikemukakan oleh para ahli. Adanya prasangka antara satu sama lain pihak Sangatlah menghawatirkan, karena prasangka cenderung mengarah pada tindakan yang negatif seperti tindakan-tidakan diskriminasi  yang dilakukan oleh pihak yang  berprasangka kepada pihak yang diprasangkai tersebut. Adanya prasangka akan cenderung membawa dampak negative terhadap perkembangan kehidupan dalam masyarakat, untuk itu sangat dibutuhkan cara-cara yang efektif agar prasangka dapat diatasi. Sehingga perkembangan kemajuan dalam segenap lapisan dalam masyarakat tidak terhambat  adanya prasangka-prasangka yang ada.
Karena pentingnya pemahaman tentang prasangka, maka dalam makalah ini penulis berusaha menyajikan  materi-materi penting tentang prasangka yang telah kami rangkum sebagai berikut.
1.2    Rumusan Masalah
1.      Jelaskan teknik penulisan soal pilihan ganda!
2.      Jelaskan teknik pemulisan soal benruk uraian!
3.      Jelaskan teknik penulisan sial bentuk jawaban singkat!
4.      Jelaskan bentuk penulisan soal bentuk penjodohan!
5.      Jelaskan bentuk penulisan soal bentuk benar-salah!



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Prasangka Sosial
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium yaitu preseden/ keputusan yang diambil yang tanpa ada penelitian dan pertimbangan cermat, tergesa-gesa, tidak matang.
Prasangka adalah dugaan-dugaan yang memilki nilai kearah negatif. Namun dapat pula dugaan ini bersifat positif. Sedangkan prasangka sosial menurut para ahli psikologi,yaitu:
1.    Kimball Young, prasangka sosial adalah mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang ditandai oleh kuatnya in group dan out group.
2.    Sherif dan sherif, prasangka sosial adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari norma mereka yang pasti, kepada kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.
3.    Sears et all, (1985) prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya.
4.    Papalia dan Sally, (1985) Prasangka sosial adalah sikap negatif yang ditujukan pada orang lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya alasan yang mendasar pada pribadi orang tersebut.
5.    Allport, (dalam Zanden, 1984) menguraikan bahwa prasangka sosial merupakan suatu sikap yang membenci kelompok lain tanpa adanya alasan yang obyektif untuk membenci kelompok tersebut
Prasangka sosial adalah suatu sikap yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.

2.2    Sumber Dan Pembentukan Prasangka
Sumber utama yang biasa menghasilkan prasangka adalah perbedaan antar kelompok, yakni perbedaan etnis atau ras, perbedaan posisi dalam kuantitas anggota yang menghasilkan kelompok mayoritas dan minoritas, serta perbedaan ideologi. Sumber lain dari prasangka adalah kejadian histories (Koeswara, 1988).
Prasangka yang bersumber pada perbedaan etnis dapat ditemukan pada masyarakat heterogen yang merangkum berbagai kelompok etnis yang memiliki latar kebudayaan yang berbeda, misalnya pada masyarakat Indonesia. Adapun prasangka yang bersumber pada perbedaan ras (juga agama) sering ditemukan pada masyarakat yang multirasial, seperti di Amerika serikatdan Negara-negara Eropa yang secara fisik (warna kulit, bentuk tubuh, fisiogamiras yang berbeda dengan ras lainnya. Prasangka yang bersumber pada perbedaan dalam posisi mayoritas dan minoritas.
Selanjutnya prasangka yang bersumber pada perbedaan ideology bias ditemukan pada masyarakat di Negara yang memiliki orientasi yang kuat terhadap ideologi lain yang menjadi lawannya dalam konteks persaingan global. Adapun prasangka yang bersumber pada kejadian histories adalah prasangka dari sekelompok orang terhadap sekelompok orang lainnya dalam suatu masyarakat, bertolak dari kejadian masa lampau dari masyarakat tersebut. Pada umumnya kelompok yang berprasangka adalahkelompok yang yang para pendahulunya di masa lampau memegang kendali dan memperlakukan para pendahulu kelompok yang dikenai prasangka dengan perlakuan-perlakuan yang tidak layak dan diskriminatif.
Dilihat dari sudut psikologi perkembangan, terbentuknya prasangka pada manusia merupakan kelangsungan yang tidak berbeda dengan sikap-sikap lainnya. Pembentukan prasangka semacam itu dapat berlangsung terus sejak anak usia dini sampai orang itu menjadi dewasa. Prasangka dapat terbentuk dari usia anak-anak melalui proses belajar social. Baro & Byrne (1994) menyebutkan , anak yang berusia kurang dari lima tahun lebih cepat menyerap prasangka daripada anak-anak berumur 8-9 tahun. Proses belajar ini merupakan bagian dari proses konfirmasi individu terhadap lingkungannya.
Dalam bukunya The Nature of Prejudice (1958), Gordon W. Allport merinci lima perspektif dalam menentukan sebab-sebab terjadinya prasangka. Kalmia perspektif tersebut merupakan suatu kontinum,dari penjelasan sifat secara microskopis histories sampai pada penyelesaian mikroskopis pribadi. Berikut adalah penjelasannya.
a.    Perspektif Histories
Prespektif ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yakni menyalahkan kelas rendah yang inferior; sedangkan mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. Misalnya, prasangka orang kulit putih terhadap negro mempunyai latar belakang sejarah, orang kulit putih sebagai “tuan’ dan orang Negro sebagai “budak”, antara penjajah dan yang dijajah, dan antara pribumi dan nonpribumi.
b.    Perspektif Sosiokultural dan Situasional
Perspektif ini menekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka, yang meliputi:
1.    Mobilitas social, artinya kelompok yang mengalami penurunan status (mobilitas social ke bawah) akan terus mencari alas an tentang nasib buruknya dan tidak mencari penyebab sesungguhnya.
2.    Konflik antar kelompok, prasangka dalam hal ini merupakan realitas dari dua kelompok yang bersaing; tidak selalu disebabkan kondisi ekonomi.
3.    Stigma perkantoran, artinya bahwa ketidak amananan dan ketidakpastian di kota disebabkan ‘noda” yang dilakukan kelompok tertentu.
4.    Sosialisasi, prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proses pendidikan orang tua atau masyarakat di sekitarnya, melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
c.    Perspektif kepribadian.
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka yang disebut dengan teori “frustasi agregasi”. Menurut teori ini, keadaan frustasi meruapkan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
d.   Perspektif Fenomenologis.
Perspektif ini menekankan pada cara individu memandang atau memersepsi lingkunganya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. Sebagai anggota masyarakat, individu akan menyadari di mana atau termasuk kelompok etnis mana dia. Namun, menurut ahli psikologi sosial, Milton Rokeach,akan lebih menyenangkan / tidak berprasangka bila hidup dengan orang-orang yang mempunyai pikiran sejalan, tidak peduli degan perbedaan fisik. Dari perspektif fenomenologis ini sulit di buktikan teori yang lebih unggul sebab ada fenomena yang memeng bertentangan.
e.    Perspektif Naive
Perspektif ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka, tidak menyoroti individu yang berprasangka. Misalnya sifat-sifat orang kulit putih menurut orang Negro atau sebaliknya.
2.3    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prasangka Sosial
Proses pembentukan prasangka sosial menurut Mar’at (1981) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
1.    Pengaruh Kepribadian
Dalam perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula pembentukan prasangka sosial. Kepribadian otoriter mengarahkan seseorang membentuk suatu konsep prasangka sosial, karena ada kecenderungan orang tersebut selalu merasa curiga, berfikir dogmatis dan berpola pada diri sendiri.
2.    Pendidikan dan Status
Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status yangdimilikinya akan mempengaruhi cara berfikirnya dan akan meredusir prasangka sosial.
3.    Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua
Dalam hal ini orangtua memiliki nilai-nilai tradisional yang dapat dikatakan berperan sebagai famili ideologi yang akan mempengaruhi prasangka sosial.
4.    Pengaruh Kelompok
Kelompok memiliki norma dan nilai tersendiri dan akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial pada kelompok tersebut. Oleh karenanya norma kelompok yang memiliki fungsi otonom dan akan banyak memberikan informasi secara realistis atau secara emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu.
5.    Pengaruh Politik dan Ekonomi
Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan prasangka social Pengaruh politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya prasangka sosial terhadap kelompok lain misalnya kelompok minoritas
6.    Pengaruh Komunikasi
Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang baik dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi oleh media massa seperti radio, televisi, yang kesemuanya hal ini akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial dalam diri seseorang.
7.    Pengaruh Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau mempertinggi pembentukan prasangka sosial.
2.4    Upaya Mengatasi Prasangka Sosial.
Sesunguhnya prasangka mustahil bahwa prasangka sosial dapat dihapuskan, sebab selain prasangka sosial itu bersumber interaksi antarmanusia. Namun, prasangka sosial bisa diantisipasi dan dapat didikurangi dampaknya. Para ahli psikologi mengemukan usaha-usaha mengatasi prasangka sosial , yaitu :
1.    Dimulai dari pendidikan anak-anak di rumah dan di sekolah oleh orang tua dan guru.
2.    Dengan mengadakan kontak di antara dua kelompok yang berprasangka dan permainan peran atau role playing, yakni orang yang berprasangka diminta untuk berperan sebagai orang yang menjadi korban prasangka, sehingga orang yang berprasangka akan merasakan, mengalami, dan menghayati segala penderitaan yang menjadi korban prasangka.
3.    Bersikap berlapang dada dalam bergaul dengan sesama meskipun ada perbedaan.
4.    Menciptakan situasi atau suasana yang tentram, damai, jauh dari rasa permusuhan atau konflik.
5.    Dihindarkan dari pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka sosial tersebut dan ajaran-ajaran yang sudah berprasangka sosial.
6.    Penerangkan prasangka sosial lewat media massa yang memberikan pengertian dan kesadaran mengenai sebab-sebab dipertahankanya serta mengenai kerugian prasangka sosial bagi masyarakat umum.














BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Prasangka sosial adalah suatu sikap yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok
Sumber utama yang biasa menghasilkan prasangka adalah perbedaan antar kelompok, yakni perbedaan etnis atau ras, perbedaan posisi dalam kuantitas anggota yang menghasilkan kelompok mayoritas dan minoritas, serta perbedaan ideologi.
Proses pembentukan prasangka sosial menurut Mar’at (1981) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
1.    Pengaruh Kepribadian
2.    Pendidikan dan Status
3.    Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua
4.    Pengaruh Kelompok
5.    Pengaruh Politik dan Ekonomi
6.    Pengaruh Komunikasi
7.    Pengaruh Hubungan Sosial


Tidak ada komentar:

Posting Komentar